Shinta Handini, biasa dipanggil Kak Shinta, adalah seorang penulis cerita anak dan editor dengan sertifikat kompetensi BNSP. Hingga saat ini, Kak Shinta sudah menulis puluhan dan mengedit ratusan naskah cerita anak. Buku cerita anaknya yang terbaru adalah Kisah 25 Nabi dan Rasul untuk Balita (DAR! Mizan), seri Baby Islamic Princess (DAR! Mizan), seri Sahabat Rasulullah Saw. (Gema Insani), seri 10 Karakter Hebat Anak Muslim (Ziyad Visi Media), seri Si Bulan Koki Super (Bumilangit Entertainment), dan seri Akhlak Anak Hebat (Gema Insani). Kak Shinta juga sering diminta untuk menjadi juri lomba menulis cerpen tingkat nasional dan mengisi kegiatan literasi. Semua kegiatan Kak Shinta bisa dilihat di blog: www.shintahandini.com.
Selain seorang editor dan penulis hebat, Kak Shinta juga dikenal sebagai mama Muthia Fadhila Khairunnisa (Kak Thia) penulis puluhan buku KKPK dan Fantasteen Mizan. Kali ini, KKPK mengundang Kak Shinta untuk berbagi pengalaman dengan Ayah dan Bunda Sahabat KKPK di acara School Days Out. Kak Shinta akan berbagi tentang perjalanannya membersamai anak-anaknya dalam berkegiatan dalam bidang literasi, mendukung keempat orang anaknya agar terus berprestasi, dan mengatasi segala kekurangannya bersama-sama.
Apa kesibukan sehari-hari Mbak Shinta akhir-akhir ini?
Kesibukan saya masih seperti biasanya, mengurus rumah tangga dan anak-anak, apalagi sekarang nambah anak jadi lima. Selain itu, (saya) juga masih terus menulis dan menunggu informasi dari KKPK. Menulis sudah menjadi passion saya, jadi memang enggak bisa ditinggalkan.
Di rumah, ya, selain menulis, juga membaca dan berdiskusi dengan anak-anak, karena mereka sudah besar, jadi kami bisa menjadi teman diskusi. Minat dan bacaan mereka, kan, berbeda, jadi diskusi juga bisa macam-macam. Lima orang anak, lima macam juga, apalagi anak perempuan cuma Thia. Tapi semuanya menyenangkan, karena saling melengkapi satu sama lain. Kalau semua seperti Thia, mungkin enggak seru, ya.
Muthia dikenal sebagai penulis KKPK yang menghasilkan banyak sekali karya, bagaimana awal mulanya Muthia bisa menerbitkan buku KKPK?
Awalnya mungkin tertular oleh saya, Thia suka membaca dan menulis. Dengan membaca, kan, kita seperti bertualang, belajar banyak hal, bisa berimajinasi, jadi saya ingin menularkan kegembiraan ini kepada anak-anak saya. Saya juga sudah membacakan buku cerita sejak mereka masih di dalam kandungan, seperti sedang bercerita dengan mereka ada di hadapan.
Setelah lahir, saya memberikan buku bacaan sesuai usianya, mulai dari soft book, sound book dengan berbagai tema, board book, dan wipe and clean. Dan, Thia belajarnya sambil bermain, jadi dia mulai lancar membaca tanpa saya ajari sejak usianya 3 tahun. Dengan memberikan buku berilustrasi, anak-anak dapat berimajinasi meski setelah buku itu ditutup. Thia bisa membaca buku yang sama berulang kali, lalu berimajinasi dan membuat cerita sendiri yang beragam dari ilustrasi yang ada.
Misalnya, ketika saya membacakan sebuah buku dan ilustrasinya berupa gambaran saat bermain di luar, kan, ada ayunan, bunga-bunga, binatang-binatang lucu seperti marmut, kelinci, atau kucing. Ketika saya selesai membacakan dan menutupnya, Thia bisa membukanya dan bercerita narasi yang berbeda dari ilustrasi tadi. Ceritanya setiap kali bisa berbeda, kadang kemarin tentang kucing, hari ini kelinci, besoknya marmut. Kalau dia enggak menyukai tokohnya jadi protagonis, dibuatnya si tokoh itu jadi antagonis.
Cerpennya “Ladang Arloji” adalah hasil imajinasi Thia dari menyimak dan membaca buku tentang bunga. Dia mengimajinasikan kalau tumbuhan itu bukan bunga-bunga yang bermekaran, tetapi arloji. Blog saya waktu itu penuh dengan tulisan-tulisan Thia, tapi kemudian saya membuatkan blognya sendiri buat Thia. Dari rutinnya dia menulis, Thia menjadi terbiasa dengan penulisan yang runut, apalagi setelah Thia ikut berbagai kegiatan dari Bobo dan KKPK, lalu dia masuk menjadi penulis angkatan kedua di KKPK.
Melihat Izzati dan Faiz (penulis KKPK sebelum Thia), Thia juga menyampaikan bahwa dia ingin menulis bukunya sendiri. Akhirnya ketika KKPK menyelenggarakan Konferensi Penulis Cilik Indonesia (KPCI) pada tahun 2019 dan mengundang sekolah-sekolah untuk mengikutsertakan para muridnya yang tertarik menulis dan sudah mempunyai naskah, Thia berpartisipasi dengan cara mengirimkan naskah berupa kumpulan cerpen atau novel. Tulisan Thia kemudian saya kirimkan ke Mizan, dan ternyata naskahnya layak untuk diterbitkan. Dari sana, Thia punya buku pertamanya berisi kumpulan cerpen, dan Thia makin semangat untuk menulis.
Sebagai penulis, Muthia tentunya suka membaca. Bagaimana cara Mbak Shinta membentuk kebiasaan membaca pada Thia?
Membaca itu, kan, membuat kita jadi berpengetahuan, bepergian ke berbagai tempat tanpa harus meninggalkan tempat kita berada. Kita jadi mengetahui bukan cuma tentang budaya dari suatu tempat tetapi juga tentang akhlak dari tokoh-tokoh dalam cerita. Mendampingi anak-anak membaca itu saya lakukan untuk semua anak, tetapi, kan, passion dan hobi mereka berbeda, sehingga saya tidak bisa memaksakan. Apalagi dua orang adiknya Thia itu, kan, cowok, jadi berbeda, enggak telaten seperti Thia.
Saya berpikir bahwa menulis dan membaca itu penting, ya, untuk mereka nanti besar, seperti mengerjakan tugas-tugas dan menyusun laporan ketika di sekolah atau kuliah. Jadi memang harus mengakali supaya mereka bisa tertarik untuk membaca.
Kita juga harus pintar dan mencari akal agar anak-anak tertarik membaca. Dengan anak-anak yang cowok itu, saya menggunakan kesukaan mereka seperti Bob the Builder dan Spongebob Squarepants. Sambil memainkan boneka atau alat pertukangan ala Bob the Builder, saya membacakan cerita atau berimajinasi tentang tokoh kesukaannya itu. Memang setiap anak memiliki waktunya sendiri untuk menikmati kegiatan membaca.
Apakah menjadi penulis KKPK berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari dan prestasi-prestasi yang diraih Thia?
Kebetulan Thia itu seorang yang mudah belajar dan memang mendapatkan semangat dari sekolah. Jadi ketika dia belajar dan beraktivitas di luar, nilai-nilainya justru menjadi semakin bagus. Dari SD sampai SMA, Thia alhamdulillah masuk tiga besar; waktu lulus SMA mendapat penghargaan peringkat kedua Ujian Sekolah. Bahkan Thia juga mendapat beberapa penghargaan dari sekolah dan nilai tertinggi di Ujian Nasional dan Ujian Sekolah-nya.
Nilai akademis Thia justru berbanding lurus dengan tingkat aktivitasnya di luar sekolah. Dia menjadi semangat untuk bersekolah. Jadi kalau saya larang, Thia malah merasa malas dan drop. Thia memang suka belajar, jadi dia ikut kelas toddler pada usia 1,5 tahun, Taman Kanak-Kanak pada usia 3 tahun, dan SD pada usia 5 tahun. Dia juga setiap sekolah selalu suka untuk ikut perlombaan, mulai dari membaca puisi, fashion show, menari, menulis, menggambar, melukis, dan ensemble.
Apa saja suka duka mendampingi kegiatan Thia dan anak-anak yang cukup padat?
Saya suka mendampingi anak-anak karena kami jadi bisa berdiskusi. Apalagi dengan adanya internet dan media sosial, saya merasa perlu mendampingi mereka dengan agama. Kita harus membuat anak-anak seperti teman, ya, jadi mereka juga tidak segan untuk bercerita apa pun.
Apa tips dari Mbak Shinta untuk mendukung hobi dan kesukaan anak, tapi juga tetap mendorong mereka berprestasi?
Sebagai orangtua, kita harus mencari tahu minat atau passion anak-anak dan support mereka, ya. Allah Swt., kan, menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangan; kita justru harus bisa berfokus pada kelebihan itu. Kekurangan yang mereka punya juga sebaiknya tidak dihilangkan begitu saja, tetapi kita coba bantu atasi karena itu bisa jadi modal masa depan mereka.
Ketika di sekolah ada kegiatan yang membuat mereka tertarik, kita bisa mengikutsertakan mereka seperti ekstrakulikuler olahraga. Atau, kalau sekolah tidak memiliki kegiatan ekstrakulikuler menulis, misalnya, kita bisa ikut sertakan anak-anak ke dalam workshop kepenulisan. Yang terpenting, kita tidak memaksakan anak-anak pada kegiatan yang bukan passion mereka.
Nah, itu dia sesi sharing KKPK bersama Mbak Shinta Handini dalam acara School Days Out yang diselenggarakan pada bulan Maret 2022. Ternyata, orangtua sangat berperan untuk mendukung anak meraih potensinya, mengenali bakatnya, hingga nanti bisa mengarahkannya untuk mencapai berbagai prestasi. Hal ini diterapkan Mbak Shinta dalam mendampingi Kak Thia Fadhila untuk berkarya, baik dalam bidang literasi ataupun akademik. Karya-karya Kak Thia masih bisa kamu baca dalam edisi KKPK Deluxe, yang mengemas 2 buku best-seller karya 1 penulis, di antaranya KKPK Deluxe Little Ballerina, Hwaiting!, dan Let’s Sing with Me, serta adaptasi cerpennya di Komik KKPK Balirina dan Magic Cookies.