Seminar Daring KKPK:
Pandai Literasi, Anak Tumbuh Berprestasi
Dalam rangka memperingati Bulan Bahasa, Kecil-Kecil Punya Karya mengadakan seminar daring bertajuk “Pandai Literasi, Anak Tumbuh Berprestasi” dengan mengundang dua narasumber inspiratif, yaitu Iwok Abqary (penulis dan orangtua penulis KKPK) dan Sri Izzati (penulis pertama KKPK). Selain mengetahui pengalaman kedua narasumber dalam menumbuhkembangkan kemampuan literasi, Ayah dan Bunda juga dapat mengetahui rahasia di balik kesuksesan dan prestasi mereka di bidang literasi.
(Foto: Poster Seminar Daring KKPK. Sumber: KKPK Mizan)
Tips Menumbuhkan Literasi ala Kang Iwok
Iwok Abqary, yang biasa dipanggil Kang Iwok, mengungkapkan bahwa literasi merupakan agenda dunia yang bahkan sudah dicanangkan oleh UNESCO. Literasi sendiri dapat diartikan sebagai keterampilan nyata, khususnya keterampilan membaca dan menulis. Dengan demikian, literasi dapat ditanamkan pada kebiasaan keluarga kita sendiri.
Ada lima tips yang Kang Iwok bagikan untuk menumbuhkan kebiasaan literasi pada keluarganya. Mari kita simak bersama.
-
Membaca Dongeng Sebelum Tidur
Selain membangun kebiasaan membaca pada anak, kegiatan mendongeng ini dapat membangun kedekatan emosional antara orangtua dan anak.
-
Family Quality Time
Meluangkan waktu khusus untuk berkegiatan bersama adalah hal yang penting bagi keluarga. Untuk memperkenalkan anak pada literasi, orangtua harus memberikan contoh, misalnya dengan mengajak anak ke toko buku atau taman bacaan setiap akhir pekan.
-
Membaca Bersama
Tips ketiga adalah mengadakan waktu membaca bersama. Ketika setiap orang sudah memiliki kebiasaan membaca dan seleranya masing-masing, salah satu cara untuk merekatkan keluarga kembali adalah dengan membaca bersama di satu ruangan.
-
Menentukan Target
Target perlu ditentukan sebagai pendorong semangat membaca dan menulis. Target dapat berupa apa saja yang ingin Ayah dan Bunda capai ketika mengenalkan anak pada literasi sejak usia dini.
-
Dukungan Orangtua
Dukungan dan apresiasi orangtua terhadap kemampuan anak-anak juga memiliki peran penting dalam membentuk kemampuan literasi anak. Alangkah baiknya jika orangtua tidak semata-mata menuntut anak membaca tanpa memberikan contoh yang baik. Selain itu, anak juga perlu diberi pujian setiap menyelesaikan bacaannya, apalagi jika ia justru mampu menceritakan kembali hasil bacaannya.
(Foto: cotton bro studio via pexels.com)
Untuk membangun kebiasaan literasi, Ayah dan Bunda harus memiliki akses terhadap bahan literasi itu sendiri. Namun, selain membeli buku baru di toko buku, Ayah dan Bunda dapat memanfaatkan perpustakaan dan taman bacaan masyarakat (TBM) di sekitar tempat tinggal. Jika memiliki akses internet, Ayah dan Bunda juga bisa mengunjungi situs literasi yang memberikan layanan buku gratis maupun berbayar, seperti Google Books, Let’s Read, Room to Read, Paudpedia, Gerakan Literasi Nasional, dan Ipusnas.
Sri Izzati: Menulis Sejak Dini
Tak berbeda dengan Kang Iwok, Kak Izzati pun rupanya memiliki kebiasaan yang sama di keluarganya. Lingkungan keluarga sangat mendukungnya menumbuhkan kecintaan terhadap buku, hingga membuatnya mampu membaca dan menulis sejak sangat dini. Kak Izzati mulai menulis karyanya sendiri sejak berusia 5 tahun, dan pada usianya yang baru 8 tahun, ia berhasil meraih Rekor MURI sebagai Penulis Termuda (2004), dengan karya pertamanya yang berjudul Kado untuk Ummi (DAR! Mizan, 2003).
Karya-karya Kak Izzati mampu membuatnya memenangkan berbagai penghargaan bergengsi, beberapa di antaranya adalah Islamic Book Fair Award (2009) dan Jakarta Book Fair Award (2011), hingga ia pun dianugerahi sebagai Duta Bahasa Jawa Barat tahun 2016.
Kecintaannya pada literasi pun mendorongnya untuk melanjutkan studi pascasarjana di bidang Fiction Writing dan mendapat gelar Master of Fine Art (MFA) dari Columbia University, New York melalui jalur beasiswa LPDP. Fokus studinya yang mengeksplorasi manusia dan spektrum emosi mereka tentunya dibekali dengan pengetahuannya selama berkuliah sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
(Foto: Yan Krukov via pexels.com)
Kak Izzati menjelaskan bahwa kebiasaan membaca dan menceritakan kembali yang dilakukannya sejak kecil hingga kini adalah elemen-elemen dari literasi itu sendiri. Dengan demikian, bagi Kak Izzati, kemampuan literasi tidak hanya tentang keterampilan membaca dan menulis saja, tapi juga tentang memahami bacaan. Berdasarkan pemahamannya, Kak Izzati menjabarkan bahwa terdapat empat siklus literasi, yaitu mencari bahan bacaan, membacanya, memahami dan menganalisis bacaan, serta membuat karya sendiri.
Ketika Ayah dan Bunda memberikan bahan bacaan yang tepat atau memberikan keleluasaan bagi anak-anak untuk memilih bahan bacaan sesuai usianya, mereka akan terus membacanya tanpa paksaan. Pada saat itu, mereka pun memiliki berbagai ide dalam kepalanya. Meski pada mulanya tidak runut dan tanpa makna, Ayah dan Bunda dapat mendorong anak untuk menuangkan ide-idenya ke dalam buku diari, misalnya. Oleh karenanya, menulis adalah sebuah proses.